Masjid Jamia Nairobi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bangunan
dengan atap berbentuk kubah berwarna perak itu tampak mencolok dan menonjol di
antara bangunan-bangunan lainnya di pusat bisnis kota Nairobi, Kenya. Bangunan
tersebut merupakan simbol keberadaan komunitas Islam di negara Afrika Timur
ini. Bangunan yang dimaksud tak lain adalah Masjid Jamia Nairobi. Masjid yang
terletak di Kigali Road yang berada di kawasan pusat bisnis kota Nairobi
merupakan masjid terbesar di Kenya dan terindah di Afrika Timur. Ruang shalat
di masjid tersebut mampu menampung hingga 12 ribu orang jamaah dalam waktu
bersamaan.
Meski merupakan masjid terbesar di
Kenya, namun sedikit sekali sumber literatur yang mengungkapkan tentang awal
mula berdirinya bangunan Masjid Jamia Nairobi ini. Beberapa sumber literatur
menyebutkan Masjid Jamia Nairobi dibangun pada tahun 1925. Pencetus pendirian
pertama kali masjid ini adalah Sayyid Abdullah. Setelah beberapa tahun
kemudian, masjid tersebut direhab berkat dana yang disumbangkan oleh Syekh Zaid
bin Sulthan Al-Nahyan selaku kepala negara Uni Emirat Arab kala itu.
Masjid Jamia Nairobi dibangun dengan
gaya khas Muslim Arab, lengkap dengan kubah hiasan marmer dan tulisan ayat-ayat
Alquran pada dinding bagian dalam. Namun kekhasan yang dimiliki bangunan masjid
ini justru terletak pada bagian kubah. Tiga buah kubah yang terdapat pada
bangunan Masjid Jamia didesain menggunakan warna perak. Dua buah bangunan
menara kembar tampak mengapit bangunan utama masjid. Kedua menara ini berada di
sisi kanan dan kiri bagian depan bangunan masjid. Dinding pada bagian luar
bangunan utama masjid dan menara didominasi warna abu-abu dengan ornamen dari
bahan plesteran.
Kendati Islam merupakan agama
minoritas di Kenya, namun Nairobi merupakan tempat bagi bangunan tempat ibadah
umat Islam ini. Selain Masjid Jamia, di ibukota Kenya ini juga terdapat banyak
bangunan masjid lainnya. Salah satunya adalah Masjid Khoja, yang terletak tidak
jauh dari pusat perbelanjaan di kota Nairobi. Keberadaan bangunan-bangunan
masjid di kota Nairobi ini tidaklah berlebihan, mengingat sekitar 10 persen
dari populasi penduduk Kenya adalah Muslim.
Ajaran Islam telah masuk ke wilayah
Kenya saat ini sejak abad ke-2 Masehi melalui jalur perdagangan. Adalah para
pelaut dari negeri-negeri Arab yang memainkan peran penting dalam penyebaran
Islam di Kenya. Bukti tertulis menunjukkan bahwa para pelaut Arab ini kerap
melintasi Semenanjung Arab dan Pantai Timur Afrika, yang membentang dari
wilayah Somalia ke Mozambik saat ini, untuk berdagang. Beberapa di antara
mereka kemudian ada yang tinggal dan menikah dengan penduduk lokal. Karenanya
tak mengherankan jika penduduk Muslim di sana banyak ditemui di kawasan pesisir
timur laut Kenya. Bukti awal kehadiran Islam di Kenya bisa dijumpai pada
koleksi emas, perak dan koin yang disimpan di Masjid Lamu. Koleksi-koleksi
tersebut berasal dari tahun 830.
Laporan lain menyebutkan bahwa Islam
dibawa ke Kenya oleh dua orang kepala suku Arab asal Oman bernama Sa'id dan
Sulaiman. Dikisahkan keduanya melarikan diri dari tanah kelahiran mereka,
setelah menolak untuk menyerahkan diri kepada Khalifah Abdul Malik bin Marwan,
penguasa kekhalifahan Islam saat itu. Turut serta dalam pelarian tersebut
seluruh anggota keluarga dan pendukung keduanya. Mereka mendarat di Pate,
sebuah pulau yang terletak di kepulauan Lamu, dan menetap di sana.
Pada abad ke-12 hingga abad ke-15, di
wilayah timur laut Kenya mulai banyak berdiri kota-kota Islam. Kota-kota ini
mengalami perkembangan pesat di bidang sosial keagamaan maupun ekonomi. Pada
1331, seorang penjelajah Muslim terkenal asal Maroko, Ibnu Batutah, mengunjungi
Mombasa (kota kedua terbesar di Kenya, red) yang dijelaskan dalam sejumlah
literatur sejarah sebagai sebuah kota dengan banyak jalan dan bangunan
bertingkat pada masa itu.
Redaktur: Budi Raharjo
Reporter: Nidia Zuraya
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/08/14/ 130128-masjid-jami-nairobi-arsitektur-arab-di-tanah-afrika;
Sabtu, 14 Agustus 2010 08:10 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar