Masjid Agung Roma
REPUBLIKA.CO.ID,Roma identik dengan
Katolik. Tapi siapa yang menyangka jika di ibukota negara Republik Italia itu
juga berdiri sebuah masjid megah yang mampu menampung jamaah sekitar 40 ribu
orang, yakni Masjid Agung Roma atau yang disebut Grande Moschea. Masjid
tersebut merupakan simbol toleransi beragama di Italia, karena lokasinya yang
berdekatan dengan kota Vatikan dan Sinagog Yahudi. Masjid yang dibangun di atas
lahan seluas 30 ribu meter persegi itu menjadi kebanggaan warga Muslim di
Italia. Saat ini tercatat warga Muslim menjadi pemeluk agama terbesar kedua di
Italia. Data statistik resmi Italia terakhir, yakni tahun 2005, menyebutkan
bahwa jumlah Muslim yang tinggal di Italia diperkirakan antara 960 ribu hingga
1,030 juta orang. Sekitar 40 ribu hingga 60 ribu orang di antaranya merupakan
warga negara Italia.
Keberadaan masjid di tengah kota Roma
itu, tak terlepas dari jasa almarhum Raja Faisal bin Abdul Aziz, pemimpin Saudi
Arabia yang meninggal pada 1975. Menurut Raja Faisal, kota Roma, di mana menetap
sekitar 40 ribu Muslim pada 1970-an, sudah seharusnya jika memiliki
sebuah masjid. Rencana Raja Faisal itu baru teralisasi pada 1974, ketika
Presiden Giovanni Leone berkunjung ke Saudi Arabia. Pada pertemuan kedua
pemimpin itu, Raja Faisal mengemukakan, rencana pembangunan masjid itu selain
sebagai tempat ibadat dan kegiatan umat Islam di Italia, juga bisa dimanfaatkan
untuk menjalin hubungan akrab serta dialog antara umat Islam dan Kristen.
Presiden Giovanni menyambut baik
usulan Raja Faisal. Bahkan ia berjanji akan menyediakan tanah untuk lokasi
pembangunan masjid itu di Roma. Tahun 1975, Presiden Leone dan Walikota Roma,
Giulio Carlo Argan, menyumbangkan tanah seluas 30 ribu meter persegi di Roma
kepada Pusat Kebudayaan Islam di Italia. Pada 11 Desember 1984, dilakukan
peletakan batu pertama pembangunan Masjid Agung Roma oleh Presiden Italia saat
itu, Alessandro Pertini. Sementara peresmiannya dilakukan pada 23 Muhharam 1416
H atau bertepatan dengan tanggal 21 Juni 1995.
Pertemuan dua kebudayaan
Bangunan Masjid Agung Roma hingga
saat ini termasuk salah satu masjid terindah di dataran Eropa. Dari kawasan
lembah Tiber, masjid itu tampak menjulang tinggi menyaingi Montenne, sebuah
bukit yang sangat subur di utara kota Roma. Masjid ini memiliki enam belas
kubah ditambah sebuah kubah besar di tengah yang atasnya dihiasi dengan bulan
sabit, serta sebuah menara berbentuk pohon palem setinggi 40 meter. Desain
interior dan kubah yang saling silang menjadi ciri khas masjid karya arsitek
Paolo Portoghesi itu. Portoghesi merupakan pemenang sayembara internasional
ketika Wali Kota Roma, Giulio Carlo Argan, mengumumkan pembangunan masjid ini
pada tahun 1975. Portoghesi juga merupakan dosen sejarah arsitek di Universitas
Roma. Ia mulai mengenal dan menghargai arsitektur Islam sejak awal tahun
1970-an, ketika berkunjung ke Jordania, Sudan, Tukia, Mesir, dan Tunisia. Dia
juga membuat Masjid Agung Strasbourg di Prancis.
Rancangan Portoghesi untuk ruang
utama, misalnya, diambil dari bentuk dan model masjid fase klasik dari
arsitektur Islam. Ruang ibadah yang luas dan berbentuk persegi ini, dari pintu
didahului oleh halaman yang dikelilingi tembok dan air mancur di tengahnya.
Halaman itu dibatasi oleh sebuah taman berupa lajur tipis. Sementara untuk
ruang ibadah wanita, dibangun dua balkon di dua sisi ruang utama.
Untuk mendekorasi interior ruang
utama masjid, Portoghesi mendatangkan sejumlah pekerja tangan ahli dari Maroko.
Tugas mereka adalah menggambar berbagai mosaik yang membatasi balkon, relung,
dan basis-basis lajur. Lajur-lajur yang didesain Portoghesi mengikuti motif
klasik dari tipe lengkungan seperti yang ada di sebagian besar masjid-masjid
kuno. Dengan menggunakan teknik semen bertulang, Portoghesi membuat
bagian-bagian lengkungan tersebut saling bersilangan yang mengumpamakan
pertemuan antara dua kebudayaan, yakni Islam dan Italia (Barat). ''Membangun
sebuah masjid besar di kota Roma, ibukota Kristianisme, dengan dukungan besar
dari Walikota Roma telah memberikan kebahagiaan tersendiri untuk saya, karena saya
telah mendedikasikan 20 tahun hidup saya untuk mewujudkan sebuah bangunan
arsitektur abad lalu, yang menggambarkan keinginan damai dan saling
pengertian,'' ujar Portoghesi.
Masjid karya Portoghesi ini juga
tampak megah dengan adanya pilar-pilar pada bagian dalam dan luar bangunan
utama. Ada sekitar 186 pilar di bagian luar dan 32 pilar di bagian dalam.
Kemegahan bangunan masjid ini juga bisa dilihat pada dekorasi lantai masjid,
yang terdiri dari beraneka warna dan memiliki motif geometris yang berbentuk bintang.
Adapun bahannya terbuat dari marmer, batu alam, dan batu bata khas Roma. Yang
membedakan Masjid Agung Roma dengan masjid-masjid yang ada di negara-negara
Islam adalah bagian menara masjid yang memiliki bentuk semacam palem
sebagaimana lajur-lajur masjid. Menara yang tegak terpisah dari masjid itu
dapat juga dipandang sebagai sebuah tugu, yang biasanya ditempatkan di ujung
jalan-jalan kota Roma. Portoghesi melihat arsitektur Islam sebagai bersaudara
dengan Gothic dan Baroque dalam hal penekanan terhadap unsur keluhuran dan
non-rasional. Sementara tanah di sekitar bangunan masjid dikembangkan menjadi
sebuah taman yang dilengkapi dengan air mancur. Pohon palem, cemara, dan
beberapa jenis pohon lainnya menutupi sekitar area masjid dan menciptakan suasana
teduh. Jalan-jalan kecil setapak dibuat di sekitar lokasi taman untuk
memudahkan para pengunjung yang hendak menikmati keindahan taman masjid.
Redaktur: Budi Raharjo
Reporter: Nidia Zuraya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar