Keberadaan bangunan masjid di Jerman
sudah ada sejak akhir abad ke-18. Tepatnya di Kota Schwetzingen, masjid pertama
di Jerman dibangun. Pada 1740, Raja Frederick II, pemegang kekaisaran Roma dan
Raja Yerusalem dan Sicilia berkata, ''Semua agama adalah sama dan baik, jika
orang-orang yang memeluknya jujur, dan bila Turki datang kemari dan ingin
tinggal di negara ini, maka kita akan dirikan bagi mereka masjid-masjid.'' Bangunan
masjid pertama di Jerman ini cukup unik, karena lokasinya yang berada di dalam
kompleks Istana Schwetzingen. Masjid Schwetzingen dibangun untuk menghormati
toleransi. Tetapi tidak sedikit isu sejarah yang beredar di kalangan masyarakat
Schwetzingen menyebutkan bahwa masjid ini sengaja dibangun sebagai hadiah bagi
salah satu istri raja yang berasal dari Turki dan beragama Islam.
Desas-desus lain yang juga berkembang
luas di tengah masyarakat adalah bahwa salah satu bangsawan yang hidup di sini
pada masa itu ada yang Muslim. Sayangnya, bangunan masjid ini sekarang tidak
lagi digunakan sebagai tempat shalat. Kini, Masjid Schwetzingen hanya
difungsikan sebagai bangunan bersejarah dan objek wisata, seperti halnya
bangunan lainnya yang berada di dalam kompleks Istana Schwetzingen. Kecuali
hari Senin, bangunan Masjid Schwetzingen terbuka bagi kunjungan masyarakat
umum.
Dirancang dan dibangun pada tahun
1779 oleh arsitek berkebangsaan Perancis Nicolas de Pigage (1723-1796). Proses
pembangunan kompleks Masjid Schwetzingen sendiri memakan waktu lima belas tahun
lamanya (1779-1796). Masjid Schwetzingen merupakan bangunan terbesar pertama
yang mengedepankan gaya arsitektur oriental di sebuah negeri berbahasa Jerman.
Pigage menggabungkan elemen-elemen dari arsitektur Islam Moor dengan eksotisme
dari kisah-kisah dongeng Seribu Satu Malam. Tak hanya sebatas itu. Oleh sang
arsitek, Masjid Schwetzingen juga dirancang dan dibangun dengan menggunakan
konsep taman. Karenanya masjid ini menjadi masjid taman pertama yang dibangun
pada abad ke-18, dan hingga kini masih berdiri megah di kawasan Eropa. Taman
yang berada di sekeliling bangunan masjid mengadopsi konsep taman-taman di
Turki.
Pesona arsitektur Timur secara jelas
sudah bisa ditangkap manakala pengunjung melihat bagian luar dari bangunan
Masjid Schwetzingen. Pengaruh arsitektur Timur ini semakin tampak jelas, saat
memasuki bagian tengah masjid, yang berbentuk kubah bundar, yang diapit oleh
ruangan-ruangan berbentuk persegi. Gaya oriental juga tampak kental pada
interior masjid, dengan penggunaan mosaik marmer pada lantai di ruang bagian
tengah. Bagian langit-langit masjid dihiasi dengan ornamen dari bahan
plesteran. Di bagian tengah bangunan masjid ini terdapat ruangan khusus bagi
para imam masjid. Keberadaan ruang khusus ini semakin memperkuat kesan bahwa
bangunan ini pada masa lalu pernah difungsikan sebagai tempat ibadah. Sedangkan
permukaan dinding masjid bagian dalam dihiasi dengan lukisan dan sepuhan emas.
Kutipan ayat-ayat Alquran bisa kita jumpai pada permukaan dinding masjid bagian
luar dan di langit-langit kubah. Untuk mencapai bagian teras depan masjid, kita
harus melewati sejumlah tiang pilar yang dari kejauhan tampak terlihat seperti
memainkan siluet bayangan dan cahaya secara bergantian. Seperti bangunan masjid
lainnya yang dibangun pada masa pemerintahan Turki Utsmani, Masjid Schwetzingen
juga dilengkapi dengan bangunan menara. Menara tersebut menghiasi kedua sisi
bangunan masjid. Namun, sayangnya menara Masjid Schwetzingen ini tertutup bagi
kunjungan wisatawan. Pengunjung tidak diperbolehkan untuk menaiki anak tangga
yang menuju ke puncak menara.
Redaktur: Budi Raharjo
Reporter: Nidia Zuraya
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/08/24/131532-di-istana-schwetzingen-berdiri-masjid-yang-indahSelasa, 24 Agustus
2010 08:30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar