Sabtu, 07 Desember 2013

Turki Berencana Fungsikan Hagia Sophia Sebagai Masjid


Mueseum Hagia Sophia di Turki
Mueseum Hagia Sophia di Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pemerintah Turki berencana memfungsikan kembali Hagia Sophia sebagai masjid. Hal itu dibenarkan Wakil Perdana Menteri Turki, Bulent Arinc.

"Saat ini, kami sangat dekat dengan masjid Aya Sofia. Meski Anda tidak mendengar, saya percaya hati Anda berada di dalam," kata dia, seperti dilansir today zaman, Ahad (17/11).

Arinc yang menghadiri acara pembukaan museum karpet mengatakan masjid Aya Sofia seolah memberitahukan sesuatu akan hal yang perlu dilakukan. Pertanyaannya, apa yang ingin disampaikan.

Hagia Sophia, sebelum penaklukan Ustmani merupakan Gereja Ortodoks di Rowawi Timur. Ketika Ustmani menaklukan Konstantinopel, Sultan Mehmet I mengubahnya menjadi masjid tanpa mengubah apapun di dalamnya.

Memasuki era Republik, pemerintah Turki menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid. Sekian dekade, muncul kembali wacana untuk mengembalikan fungsi Hagia Sophia semasa penaklukan Ustmani.

"Mari kita dengarkan apa yang ingin disampaikan. Terima kasih Allah SWT, selama hidup saya, saya berharap bisa menyaksikan dua hal baik, yakni pertama masjid yang bernama Masjid Aya Sofia kembali dibuka. Kedua, Turki adalah negara hukum, dahulu Aya Sofia adalah masjid. Bangunan ini tidak bisa digunakan selain ibadah," kata dia.

Arinc mengungkap meskipun tidak ada hukum yang menyatakan bahwa masjid bisa berubah ke museum , beberapa pihak mengatakan itu harus menjadi sebuah museum. Namun, pemerintah memiliki tanggung jawab kepada hukum dan menurut hukum ini, masjid tidak dapat digunakan untuk keperluan lain.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/11/17/mwez40-turki-berencana-fungsikan-hagia-sophia-sebagai-masjid
Minggu, 17 November 2013, 23:10 WIB 






Redaktur : Agung Sasongko

Peninggalan Islam di Malta Dirahasiakan


Makam Muslim di Malta
Makam Muslim di Malta

REPUBLIKA.CO.ID, VALLETTA -- Pada periode imperium Islam, posisi Malta sangat strategis. Itu sebabnya, Malta menyimpan rekaman historis yang selama ini ditutup-tutupi.

Hal itu disampaikan, Mark Camilleri, dalam buku terbarunya berjudul 'Il-Mit Pawlin u l-abbuz tal-Istorja Maltija', seperti dilansir Malta Today, Rabu (4/12). "Sejumlah peninggalan penting kejayaan Islam ditemukan dalam penelitian di Mdina, sejak lima tahun lalu. Ini artinya, ada yang ditutup-tutupi soal peninggalan ini," ucap Ketua Dewan Buku Nasional ini.

Tuduhan itu juga sempat dipaparkan Camilleri dalam bukunya berjudul ' The Myth Pauline '. Dikatakan Camilleri dalam bukunya, ada usaha menyembunyikan sejarah peradaban Islam di Malta dari masyarakat. "Apa yang dilakukan seperti pemerintahan fasis, Nazi Jerman dan Uni Soviet," tegas dia.

Tuduhan Camilleri bukan tanpa dasar. Dari wawancaranya bersama sejarawan Prof. Godfrey Wettinger, diketahui ada sentuhan peradaban Islam di Malta. Informasi itu diperkuat pula dengan pidato Presiden George Abela yang menyebutkan adanya kapal karam, kapal pelaut Islam di St. Paulus.

Soal itu, Inspektur Anthony Pace menolak tuduhan Camelleri. "Penelitian dilakukan secara bersama-sama. Akurasi ilmiahnya diawasi dengan ketat," kata dia. Pace berjanji publikasi informasi yang dilakukan sebelumnya akan dipublikasikan dalam dua tahun ini. "Kami kekurangan sumber daya. Ini berdampak pada lambatnya penelitian," ucap dia.

Populasi Muslim mencapai 400 ribu jiwa. Ada satu masjid di Malta yang dibangun oleh World Islamic Call Society. Fakta lain, beberapa kosa kata bahasa Malta diketahui turunan bahasa Arab.

Redaktur : Agung Sasongko


Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/12/04/mxa24l-peninggalan-islam-di-malta-dirahasiakan
Rabu, 04 Desember 2013, 19:00 WIB